PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seledri telah
dikenal sejak ribuan tahun yang lalu di Eropa sebagai unsur
pengobatan dan penyedap masakan. Plinius Tua telah
menuliskannya sejak awal penanggalan modern. Linnaeus mendeskripsikannya
pertama kali dalam edisi pertama Species Plantarum. Ia memasukkan
seledri dalam suku
Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae.
Seledri (Apium graveolens L.) berasal dari daerah
subtropik Eropa dan Asia . Menurut ahli sejarah
botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak tahun 1640, dan
diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah baru pada tahun 1942.
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik,
sifat kimia, dan sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Pemupukan dapat diartikan sebagai cara-cara atau metode serta usaha-usaha
yang dilakukan dlam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman
yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.
Tumbuhan herbal bernama seledri ini berasal dari daerah
subtrotip Eropa dan Asia . Nama ilmiahnya
adalah Celery Apium gravoelens, Linn. Tumbuhan di dataran tinggi pada
ketinggian di atas 900 m dari permukaan laut. Seledri mengandung
vitamin A dan C, mineral, kalsium, fosfor, kalium, dan natrium.
Daunnya mengandung polifenol, saponin, dan flavonoida.
Setiap 100 g seledri mengandung 20 kalori.
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis
dan tepat waktu sering menjadi masalah bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini
pemakaian pupuk majemuk merupakan salah satu alternatif untuk menjamin
penyediaan seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tim Penulis (2007) mengklasifikasikan tanaman seledri (Apium graveolens L) sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Apiales
Famili
: Apiaceae
Genus
: Apium
Species
: Apium
graveolens L
Akar seledri berupa akar tunggang dengan warna putih kotor. Pada akar, terdapat rambut – rambut akar
yang merupakan perluasan dari sel – sel epidermis akar. Akar sebagai tempat
masuknya mineral dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan.
Seledri merupakan
tanaman semak dengan tinggi sekitar 15 cm. Batangnya pendek tidak berkayu,
bersegi, beralur, beruas, bercabang tegak dan berwarna hijau pucat.
Daunnya menjari tidak
teratur serta berlekuk-lekuk dan majemuk menyirip ganjil dengan anak daun
terdiri dari 3-7 helai serta mempunyai tangkai daun yang panjang. Pangkal dan
ujung daun runcing, tepi daun beringgit dan panjang daun 2-7,5 cm dengan lebar
2-5 cm.
Bunga berupa bunga
majemuk berbentuk payung dan berwarna hijau. Panjang tangkainya sekitar 2 cm. Mahkota berwarna putih atau ungu
tergantung pada varietasnya. Sebagian bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi mudah
juga dilakukan persilangan.
Buahnya berbentuk
kotak atau kerucut dengan warna hijau kekuningan. Ukuran buah beragam, memiliki rongga dengan jumlah
berbeda-beda sesuai dengan varietasnya. Di dalam buah terdapat plasenta tempat
biji melekat.
Biji
seledri terletak di dalam buah, melekat sepanjang plasenta. Warnanya putih atau
kuning jerami dan memiliki lapisan kulit keras di bagian luarnya. Biji inilah
yang digunakan sebagai benih untuk menghasilkan tanaman baru.
Syarat Tumbuh
Tanah
Pertumbuhan
tanaman cabai akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam
dan mempunyai draenasi yang baik, tanah gembur, subur, dan permeabilitas
sedang. Tanah yang baik bagi pertumbuhan harus mampu menahan air yang cukup dan
hara yang tinggi secara alamiah dan hara tambahan.
Persyaratan tanah yang
ideal untuk tanaman seledri adalah harus subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik (humus), tata udara (aerasi), dan tata air (drainase) tanah baik, serta
reaksi tanah (pH) antara 5,5-6,5 atau optimum pada pH 6,0-6,8.
Tanaman seledri sangat
menyukai tanah-tanah yang menyukai garam natrium, kalsium, dan boron. Jika
tanah kekurangan natrium maka pertumbuhan tanaman seledri akan merana (kerdil).
Demikian juga jika tanah kekurangan unsur kalsium menyebabkan kuncup-kuncup
daun seledri menjadi kering-kering, sedangkan kekurangan unsur boron
mengakibatkan tangkai0tangkai daun seledri akan retakretak atau belah-belah.
Iklim
Seledri termasuk salah
satu jenis sayuran daerah subtropis yang beriklim dingin. Perkecambahan benih
seledri menghendaki keadaan temperatur minimum 90C dan maksimum 200 C. Sementara untuk pertumbuhan dan menghasilkan
produksi yang tinggi menghendaki temperatur sekitar 150-180 C serta maksimum 240C.
Tanaman ini cocok
dikembangkan di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1200 m dpl,
udara sejuk dengna kelembaban antara 80 %-90 % serta cukup mendapat sinar
matahari. Seledri kurang tahan terhadap air hujan yang tinggi. Oleh karena itu,
penanaman seledri sebaiknya pada akhir musim hujan atau periode bulan-bulan
tertentu yang keadaan curah hujannya berkisar antara 60-100 mm per bulan.
Seledri membutuhkan iklim
kering dengan lama penyinaran 12 jam per hari, terutama pada masa pembungaan
dan pembuahan. Untuk itu, sebaiknya seledri ditanam pada awal musim kemarau.
Namun, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, karna harga jualnya
melonjak, seledri dapat ditanam pada
musim hujan.
Penggunaan Pupuk Organik
Pupuk Organik
Pupuk
alam atau pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yakni berasal dari
sisa-sisa pelapukan bahan organis baik yang berasal dari tanaman ataupun hewan.
Beberapa jenis dari pupuk organik adalah : (1) Pupuk kandang, (2) Pupuk hijau,
(3) Kompos, (4) Guano, (5) Night soil (tinja manusia).
Berbeda halnya dengan
pupuk buatan, pupuk organik mempunyai kadar hara yang rendah dan lambat
tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, peranan utama dari pupuk organik
bukanlah untuk menambah unsur hara tetapi untuk memperbaiki sifat fisika tanah
dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah.
Selama ini pupuk organik yang lebih banyak dimanfaatkan pada
usahatani yaitu pupuk organik padat (pupuk kandang), sedangkan limbah cair
(urine) masih belum banyak dimanfaatkan. Sebenarnya urine sapi sangat baik
digunakan sebagai pupuk kandang. Salah satu alternatif pemecahan yang mungkin
dilakukan yaitu dengan penggunaan pupuk organik cair yang berasal dari urine
ternak.
Kandungan
Pupuk Organik
Kandungan bahan organik pada lahan yang
diusahakan secara intensif umumnya rendah, sehingga pemberian pupuk organik
memegang peranan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pengaruh
positif pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20
ton/ha).
Pemberian
pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha atau lebih adalah suatu hal yang tidak mudah
dilakukan petani karena terkait dengan ketersediaan, harga, maupun
pengangkutannya. Pemberian 5 ton ha-1 jerami padi dilaporkan dapat memasok 30
kg N, 5 kg P, 2,5 kg S, 75 kg K dan 100 kg Si disamping 2 ton karbon yang
merupakan sumber energi untuk kegiatan jasad renik dalam tanah.
Manfaat
Penggunaan Pupuk Organik
1. Pupuk organik
merupakan pupuk yang mengandung bahan organik yang berkadar bahan humik lebih besar
dari 1%.
2. dapat meningkatkan
nilai ekonomi limbah pertanian dan perkebunan melalui paket teknologi,
efisiensi produksi dan aplikasi.
4. untuk
menginisiasi germinasi bibit dan perakaran.
5. meningkatkan
pembelahan dan pemanjangan sel.
6. meningkatkan
total biomassa tanaman dan jumlah klorofil daun.
7. meningkatkan
permeabilitas membrane sehingga mempermudah pengangkutan nutrien melalui
membran serta.
8. untuk mengubah
bentuk nutrien tidak larut menjadi bentuk terlarut.
Kendala
Penggunaan Pupuk Organik
Kendala dalam pemberian pupuk organik padat (pupuk kandang)
yaitu dibeberapa lokasi jumlah ternak masih relativ kurang dibandingkan dengan
luas lahan serta aplikasinya mahal karena membutuhkan biaya tenaga kerja yang
lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik.
Pupuk organik merupakan pupuk yang kaya akan unsure hra
tetapi sangat jarang digunakan para petani karena perlu adanya proses pembuatan
yang memakan waktu dan tenaga kerja. Kebanyakan para petani memilih
menggunakan pupuk anorganik yang serba instant.
1. Seledri (Apium graveolens L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia ,
Karena selain dijadikan bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan
pendapatan petani, sebagai bahan baku
industri, memiliki peluang eksport, serta sebagai sumber vitamin C.
2. Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat
organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman,
dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah dan dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
3. Pupuk Organik mengandung unsur hara makro yaitu N,
P, K, Ca, Mg, dan S
serta unsur hara mikro Fe, B, Al, Co, Cr, Cu, Mn, Na,
Zn, Pb, dan Mo. Aplikasinya pada tanaman selain
dapat dilakukan secara tunggal baik melalui tanah atau dengan cara
disemprotkan.
4. Dengan kandungan unsur hara yang dimilikinya menjadikan
pupuk organik dapat dijadikan pilihan utama dalam upaya mengurangi
ketergantungan tanaman terhadap pupuk anorganik.
5. Aplikasi pada tanaman tidak saja memacu pertumbuhan dan
perkembangan akar, batang dan daun, tetapi juga merangsang pembentukan anakan,
cabang, bunga dan buah sehingga akan meningkatkan produktivitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B., 2003. Seledri.
Aneka Ilmu, Semarang .
Goenadi, D.H., 2006.
Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati: dari Cawan Petri ke Lahan
Petani. Yayasan John Hi-Tech Idetama, Jakarta .
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada, Jakarta.
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/download/jukniskta.pdf.
Pupuk Organik. Diakses pada 16 Oktober 2010.
http://books.google.co.id/.
Pemupukan. Diakses pada 16 Oktober 2010.
Http://tanindo.org/pupukorganik/.
Pupuk Oganik. Diakses 16 Oktober 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17749/5/20I.pdf.
Budidaya Tanaman Hortikultura. Diakses pada 16 Oktober 2010.
Rukmana, R., 1995. Budidaya Seledri. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta .
Tim Penulis, 2007. Budidaya Tanaman Seledri.
Agromedia, Jakarta.
van Steenis, C. G. G.
J., den Hoed, D., Bloembergen, S., dan Eyma, P. J., 1987. Flora untuk Sekolah
di Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar